Ketum Militan 34, Tangkap dan Cabut Warga Negara Penghasut Rakyat

foto istimewa

Jakarta-IW

Ketua Umum Militan 34, Dr. Anwar Husin SH.MH,MM, meminta aparat Polri maupun TNI menegakkan hukum secara tegas dan berkeadilan. “Bila perlu cabut warga negara  tokoh di luar negeri yang kerap menghasut masyarakat,” kata pengacara, lulusan Doctor Hukum Pidana tersebut.

Read More
Ketum Militan 34, Dr. Anwar Husin,SH,MH,MM

Demi keutuhan bangsa, aparat harus melakukan cara  apapun termasuk menangkap orang-orang yang kerap  menyebarkan berita bohong dan menghasut itu. Aparat kata Anwar tidak perlu takut dituding melanggar HAM.

Sebagai negara hukum, yang melanggar hukum harus ditegakkan “Apalagi orang-orang tak bertanggungjawab itu, secara bertubi-tubi, setiap hari menyuarakan kecurangan pemilu tanpa cukup bukti jelas,” katanya.

Hal ini,  kalau dibiarkan sangat berbahaya sekali bagi keutuhan bangsa Insonesia. Kondisi ini tambah Anwar sudah berlangsung sejak 2014 lalu, membuat rakyat terpecah dan membuat daya nalar masyarakat rusak dan fanatisme pada pimpinannya meningkat. “Pemimpin seharusnya berhati-hati berbicara” jelas Anwar.

Anwar mencontohkan Erdogan, demi menjaga keamanan bangsanya ia, memerintahkan penangkapan besar-besaran pengikut Gulen. Tak kurang  77 ribu orang ditangkap. Jadi aparat tidak perlu takut menangkap orang-orang yang jelas-jelas melakukan penghasutan atau melanggar hukum atas nama demokrasi.

Bila perlu kata Anwar pemerintah mencabut hak warga Negara Indonesia (WNI) yang kerap menghasut dan menebar hasutan yang kini berada di luar negeri. Karena dampak dari hoax-hoax yang dilontarkannya, membuat warga terpecah dan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah menjadi turun.

Cuci Tangan

Terkait kerusuhan 22 Mei ini,  Anwar menilai tokoh-tokoh yang sebelumnya sering melontorkan hasutan tidak bisa bisa cuci tangan dengan bilang ‘itu bukan massa kami’. “Mereka harus bertanggung jawab dengan adanya kerusuhan-kerusuhan itu,” tegasnya.

Untuk diketahui, semalam pihak polisi berusaha memukul mundur massa ke kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Polisi sempat melepaskan gas air mata dan menembakkan senapan, sedangkan massa membalas dengan petasan dan kembang api.

Sejumlah orang tak dikenal juga membakar mobil-mobil yang diparkir di depan asrama Brigade Mobil, Petamburan. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pagi ini meninjau ke sejumlah lokasi.

Anies menyebut enam orang meninggal akibat bentrokan massa aksi dengan polisi kemarin malam dan 200 orang luka-luka. Massa menggelar aksi protes hasil pilpres 2019 sejak kemarin, Selasa, 21 Mei 2019 di kawasan kantor Badan Pengawas Pemilu. Malam selepas tarawih massa sempat membubarkan diri, tetapi kemudian berdatangan menjelang tengah malam.

Polisi berusaha memukul mundur massa ke kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Polisi sempat melepaskan gas air mata dan menembakkan senapan, sedangkan massa membalas dengan petasan dan kembang api. (***)

Related posts