Jakarta, Indonesia Weekly
Ketua Umum Militan 34, Dr. Anwar Husin, S.H, M.M, menduga, Covid -19, menjadi senjata dalam konflik geopolitik yang harus di waspadai. Sekarang sudah ada perlombaaan luar biasa dari empat kekuatan utama dunia, yaitu Amerika Serikat, (AS), Rusia, China dan Eropa dalam memproduksi vaksin Covid 19.
Anwar menilai dugaan adanya rekayasa virus Covid-19 sebagai konspirasi dari kekuatan Negara besar untuk menguras sumber daya keuangan dan menambah utang negara-negara berkembang harus menjadi perhatian. “wabah ini, diduga bagian perang global untuk menguras keuangan dan tentunya melemahkan Negara-negara -negar berkembang,”jelas Anwar ketika dihubungi lewat ponselnya Senin pagi (19/7).
Adanya wabah Covid-19 kata Anwar, membuat berbagai negara berusaha melindungi warganya dengan membeli vaksin agar ancaman kematian penduduknya tidak terus terjadi . Kalau Negara kaya tentu tak terlalu berdampak, tetapi kalau negara miskin tentu harus berhutang dan akan menjadi beban generasi selanjutnya.
Dugaan adanya konflik geopolitik terkait Covid-19 indikasinya jelas. Hal itu bisa dilihat plus dan minus dari setiap vaksin yang digunakan sekarang ini. Apalagi sekarang muncul varian baru seperti Delta yang dianggap sedikit kurang berdampak terhadap vaksin varian Covid-19 yang sudah di berikan kepada masyarakat.
Tentunya akan menjadi beban Negara yang sudah mengeluarkan dana besar yang sebelumnya sudah membeli vaksin . Kalau sudah begitu, terpaksa pemerintah harus mencari vaksin baru untuk melindungi rakyatnya.
Tentunya hal ini akan menguras keuangan Negara. Makna geopolitik terkait dalam hal ini kata Anwar adalah Negara berkembang termasuk Indonesia sebagai korban dan pada waktu yang sama menjadi konsumen pembuat vaksin.
Indonesia sekarang ini, merupakan penguna vaksin dari berbagai Negara seperti China, Inggris, dan Amerika Serikat. Jumlahnya sangat besar. Artinya Indonesia sekarang telah menjadi pasar vaksin dari negara-negara tersebut. Kemungkinan kata Anwar, industry vaksin akan menjadi salah satu “leading” industry di masa yang akan datang.
Keburukan dan kelebihan vaksin Covid-19 yang digunakan sekarang ini sudah mulai terlihat. Hal itu menunjukkan adanya pertarungan kepentingan global yang harus cermati. Sebenarnya kata Anwar, sebelum adanya virus covid-19, perdebatan tentang Negara asal virus pernah terjadi semasa perang dingin, tepatnya sejak pertengahan dekade 1980 sudah terjadi.
Uni Soviet berada dibalik penyebaran rumor bahwa pemerintah Amerika Serikat sengaja menciptakan HIV/AIDS untuk membinasakan kaum gay dan orang kulit hitam. Nerasi ini mengakar sampai memasuki abad ke-21.
Melansir survey yang diungkap di jurnal HIV Crinical Trials (2011), pada 1999, sekitar 27 persen orang Amerika keturunan Afrika percaya bahwa AIDS diciptakan untuk membunuh kelompok masyarakat tertentu. Hal ini kata Anwar harus menjadi perhatian kita sebagai bangsa.
Baru-baru ini, Amerika Serikat melalui Presiden Joe Biden pernah memerintahkan Intelejen AS agar bekerja lebih keras mengungkap asal-usul covid-19 termasuk menelusuri dugaan kebocoran virus dari laboratorium di Cina.
Sementara, Negara China melalu Zhao juga mempertanyakan misteri yang terselubung di lab militer AS di Fort Detrick dan lebih dari 200 lab biologi milik AS di seluruh penjuru dunia, serta mengungkit wabah penyakit pernapasan yang dilaporkan di Virginia dan Wisconsin pada pertengahan 2019.
Strategi Khusus
Indikasi saling tuding antar Negara besar itu menunjukkan adanya dugaan yang harus di waspadai setiap negara. Kemungkinan munculnya virus Covid-19 bagian dari kepentingan perang global yang menyasar Negara-negara berkembang yang menjadi konsumen tentu harus terus dikaji kebenarannya.
Tentunya dalam hal ini, pemerintah Indonesia harus lebih waspada terkait dugaan virus Covid-19 bagian dari perang global yang sengaja dibuat oleh Negara-negara besar. “Sehingga kita sebagai bangsa besar sudah siap jika benar Covid-19 bagian konspirasi dugaan perang global,” ujarnya.
Terlepas dari itu semua, Anwar menghimbau pemerintah dan masyarakat untuk lebih waspada dan pemerintah segera membuat strategi khusus.
Diantaranya terkait masuknya orang-orang asing ke Indonesia harus diatur secara khusus dan sangat penting menutup gerbang kedatangan Internasional atau semua arus barang dan jasa Internasional dalihkan ke suatu tempat seperti ke Pulau Batam.
Sekarang barang atau orang dari luar negeri bisa masuk dimana saja tanpa ada kehawatiran masuknya virus yang bisa mengancam kesehatan warga. Dengan adanya isolasi masuknya arus barang dan orang maka Negara cukup waktu untuk mengantisipasi, jika ada dugaan perang global seperti virus yang sengaja disusupkan untuk mencelakakan orang untuk kepentingan suatu.
Stop PPKM Darurat!
Selain itu, Anwar meminta pemerintah tak memperpanjang permberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Jawa-Bali. PPKM Darurat Jawa-Bali sudah berlangsung sejak 3 sampai 20 Juli 2021.
Usulan itu kata Anwar, merupakan usulan relawan Militan 34 di seluruh Indonesia khususnya Jawa dan Bali yang menghubunginya lewat ponsel . Pasalnya PPKM Darurat membuat masyarakat berpenghasilan kecil dan kelompok miskin sangat berdampak.
Mereka cari uang setiap hari dan tidak punya penghasilan tetap. Pernyataan Sri Mulyani dan Menko PMK, Muhadjir Effendy, yang mengklaim ada rencana perpanjangan PPKM Darurat membuat masyarakat miskin khawatir atas nasib mereka.
Kalau PPKM Darurat diperpanjang kata Anwar, maka ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah akan lebih terpuruk. Apalagi, bantuan dari sembako dari pemerintah tidak merata. Termasuk masyarakt ekonomi rendah banyak yang tidak mendapat bantuan.
Untuk itu tambah Anwar, pemerintah harus mengevaluasi dan mengkaji ulang pemberlakuan PPKM Darurat Jawa-Bali. Karena masyarakat sangat merasakan dampak kebijakan ini,” tandas Dr. Anwar Husin, S.H,M.M, yang juga pakar Hukum Pidana, menyarankan. (zul)